30.3.10

winner 2010 skyscrapper competition

SALUT BUAT INDONESIA.........

Ga kalah dengan arsitektur luar....



Vertical Prison

March - 8 - 2010

First Place
2010 Skyscraper Competition

Chow Khoon Toong, Ong Tien Yee, Beh Ssi Cze
Malaysia





Second Place
2010 Skyscraper Competition

Rezza Rahdian, Erwin Setiawan, Ayu Diah Shanti, Leonardus Chrisnantyo
Indonesia




Nested Skyscraper in Tokyo

March - 8 - 2010

Third Place
2010 Skyscraper Competition

Ryohei Koike, Jarod Poenisch
United States

lebih lanjut lebih komplit di
www.evolo.us

6.3.10

SAYEMBARA DESAIN RUMAH SUDUT GREEN




Kerja sama MAJALAH HOUSING ESTATE dan

PURI BOTANICAL RESIDENCE


Rumah sudut adalah rumah yang memiliki potensi besar sebagai rumah yang sangat nyaman sekaligus ramah lingkungan. Ketersediaan lahan yang luas untuk lansekap serta eksposur terhadap cahaya menghasilkan kualitas kehidupan bagi penghuninya.
Tantangan terbesar bagi para arsitek adalah mengolah potensi tersebut untuk menghasilkan mutu kehidupan terbaik. Tantangan inilah yang kami tawarkan kepada Anda, para profesional, praktisi maupun mahasiswa jurusan arsitektur untuk mengikuti sayembara desain rumah sudut ramah lingkungan ini.


PESERTA

Terbagi atas dua kategori
A. Kategori Profesional untuk Lulusan Sarjana Teknik di bidang Arsitektur dan arsitek profesional Perseorangan atau kelompok (maksimum tiga orang)

B. Kategori Mahasiswa untuk Mahasiswa S1 jurusan Arsitektur minimal semester 6 (enam). Perseorangan atau kelompok (maksimum tiga orang)

Setiap peserta hanya diperbolehkan mengikuti satu kategori


PENDAFTARAN

Dibuka tanggal 1-31 Maret 2010

Formulir pendaftaran dan informasi sayembara selengkapnya dapat diakses di
www.housing-estate.com

JURI
1. Prof. Ir. Gunawan Tjahjono, Ph. D, M. Arch, IAI
2. Ir. Nirwono Joga, MLA. Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia (IALI)
3. Ir. Vincentius Hadi Sutjiadi, Arsitek Praktisi
4. Ir. Margiman, President Director PT Copylas Indonesia developer Puri Botanical Residence
5. Halimatussadiyah, ST, Majalah Housing Estate


PEMASUKAN KARYA

Setiap peserta terdaftar hanya diperkenankan memasukkan satu karya.

Karya sayembara paling lambat diserahkan pada:

Sabtu, 15 Mei 2010

dialamatkan kepada :
Redaksi MAJALAH HOUSING ESTATE

Jln. H. Muhi Raya no. 38, Pondok Pinang, Jakarta Selatan 12310
Telp. 7508889
(dengan menuliskan “SAYEMBARA” pada sudut kiri atas amplop)

RAIH HADIAH TOTAL 150 juta Rupiah

Kategori profesional

Pemenang Pertama Rp 50.000.000, Tropi dan Sertifikat
Pemenang Kedua Rp 25.000.000, Tropi dan Sertifikat
Pemenang Ketiga Rp 12.500.000, Tropi dan Sertifikat
Pemenang Harapan 1 Rp 7.500.000, Tropi dan Sertifikat
Pemenang Harapan 2 Rp 7.500.000, Tropi dan Sertifikat
Pemenang Favorit Rp 2.500.000, Tropi dan Sertifikat

Kategori mahasiswa

Pemenang Pertama Rp 15.000.000,Tropi dan Sertifikat
Pemenang Kedua Rp 10.000.000,Tropi dan Sertifikat
Pemenang Ketiga Rp 7.500.000, Tropi dan Sertifikat
Pemenang Harapan 1 Rp 5.000.000, Tropi dan Sertifikat
Pemenang Harapan 2 Rp 5.000.000, Tropi dan Sertifikat
Pemenang Favorit Rp 2.500.000, Tropi dan Sertifikat

Pajak ditanggung oleh Pemenang

Pengumuman Pemenang
Pemenang akan diumumkan di Majalah Housing Estate edisi Juli 2010, situs
www.housing-estate.com. Pemenang juga akan diberitahu melalui surat dan atau telepon.

Contertainer

Perpustakaan & Poligigi





Perpustakaan & Poligigi
Arsitek Prinsipal : Dpavilion

Contertainer, Dialog dengan Nusantara.
Suatu pagi di Kota Batu, Jawa Timur. Dengan latar belakang Gunung Panderman, tepatnya di tepi jalan kembar Sultan Agung yang agak sepi dan dingin, terjadilah sebuah rendezvous, pertemuan antara dua sosok yang baru saat itu bertemu.
Contertainer-Container
N: permisi, bolehkah saya sedikit berdialog dengan anda?
C: silahkan, sebenarnya yang lebih berhak berbicara tentang saya adalah arsiteknya, si Edwin Nafarin/dpavilion architects, juga Kamawardhana Heksa Putra atau Kartika Ciputera. Tapi karena menurut Barthes: “pengarang (termasuk arsitek juga) telah mati”, maka saya sebagai karya arsitektur juga bisa berbicara atas nama diri saya sendiri dengan anda. Saya adalah subjek yang otonom.
N: perkenalkan, saya Nusantara, anda?
C: Nusantara? Sepertinya saya pernah dengar, wacana yang sedang mencuat akhir-akhir ini ya. Nama saya Contertainer.
N: boleh juga, nama yang menarik, tapi mengapa nama anda Contertainer? Saya ingin tahu sejarahnya.
C: karena saya adalah sebuah hybrid, hasil perkawinan silang antara Container dan Entertainer. Container adalah material pembentuk diri saya, Entertainer adalah misi sosial saya. Material dan misi saya terlihat “berbeda” di sini, di Batu. Materi saya berbeda karena menggunakan container, sedangkan misi saya sebagai Perpustakaan dan Poli-gigi gratis (untuk hiburan/entertainment bagi rakyat jelata) membuat saya merasa terlibat dalam kegiatan kemanusiaan.
N: oke, jika melihat material anda, anda merasa me-Nusantara atau tidak?
C: oohh, rasanya tidak, saya tidak berpikir sejauh itu. Saya toh tidak terbuat dari kayu atau bahan alami yang biasanya digunakan di arsitektur Nusantara. Kalau anda lihat arsitektur Nusantara seperti Jawa, Dayak, Batak, Toraja dan lain-lain, bukankah kayu menjadi material utamanya?
N: saya punya pandangan yang sedikit lain, saudara Contertainer. Arsitektur Nusantara dahulu memakai bahan kayu karena di masa itu kayu adalah material yang melimpah, masih banyak hutan yang bisa diambil kayunya tanpa mengganggu keseimbangan ekologis. Lain dengan di masa sekarang, ketika kayu adalah bahan yang semakin langka dan mahal, sehingga menggunakan bahan kayu belum tentu bisa disebut me-Nusantara.
C: iya, semenjak manusia makin tinggi peradabannya dan merasa “berkuasa” atas alam, kayu-kayu dibabat tanpa kompromi dari hutan dan akhirnya mengakibatkan bencana pemanasan global, banjir, kekeringan, tanah longsor.
N: nah, saya rasa bahan container bekas yang anda pakai justru lebih me-Nusantara, karena bahan itu sepertinya lebih melimpah di masa perdagangan bebas abad ini, ketika barang-barang perlu diangkut dari satu tempat ke tempat lain dari dan ke seluruh penjuru dunia.
Kolong-Panggung
C: terimakasih atas penilaiannya yang inspiratif. Ehm, mengapa anda terus memandangi saya? Saya jadi merasa tidak enak.
N: tidak apa-apa kok, saya melihat satu lagi sisi ke-Nusantara-an anda.
C: bagian yang mana?
N: di bagian kolong dan panggung anda.
C: saya masih belum begitu mengerti.
N: begini, arsitektur Nusantara adalah arsitektur yang melayang, berada di tengah-tengah antara dunia bumi dan langit, antara ibu bumi dan bapa akasa. Dalam mayoritas kepercayaan Nusantara, manusia dianggap hidup di dunia tengah, antara dunia atas dan dunia bawah. Sehingga ada ruang antara atap dan langit, dan ada ruang pula antara lantai dan bumi.
C: apa bedanya panggung dan kolong?
N: panggung mengacu di ruang di atas lantai, sedangkan kolong mengacu pada ruang di bawah lantai. Arsitektur panggung belum tentu berkolong, tetapi arsitektur kolong niscaya berpanggung. Maka, arsitektur Nusantara lebih tepat disebut arsitektur kolong, bukan arsitektur panggung.
C: anda tidak bisa menganggap saya berkolong seratus persen. Saya kan cuma punya sedikit kolong, itu pun hanya ruang sisa sebagai akibat dari container-container yang menjorok ke berbagai arah.
N: yups, itu memang betul. Ini perlu interpretasi yang sedikit rumit. Nama anda kan Contertainer, yang material utamanya container. Container-container itu jelas-jelas melayang dan pasti memiliki kolong. Keliru jika anda mengatakan punya sedikit kolong. Anda punya kolong yang penuh, hanya saja kolong itu sebagaian besar anda jinakkan, anda pakai untuk kegaiatan poli-gigi.
C: wowww, canggih juga interpretasi anda. Setahu saya, esensi saya adalah container, yang lain adalah tambahan saja.
N: tepat! bangunan beton yang menyangga anda itu seperti “frame” pada sebuah lukisan, bisa dianggap satu kesatuan yang utuh dengan lukisan, tetapi juga bisa dianggap sebagai entitas yang terpisah.
C: saya setuju, meskipun harus dengan berpikir keras, hehehe
Warna-warni
N: by the way, warna baju anda bagus.
C: ini bukan baju, ini container.
N: oh iya, maaf, saya lupa. Yang jelas, warna-warni container itu mengingatkan saya pada ornamentasi Nusantara juga.
C: jangan meracau bung, anda bisa melihat sendiri, sama sekali tidak ada ornamen yang melekat pada diri saya.
N: memang betul, saya melihat ornamen tidak dari ukirannya atau ragam-hiasnya, tetapi dari keberaniannya memakai warna.
C: maksudnya bagaimana?
N: warna-warni adalah ciri khas Nusantara, jika anda melihat wayang kulit atau wayang golek, kain tenun atau batik untuk pakaian adat, atau ragam hias di seantero Nusantara, semua berwarna-warni. Nature ornamen Nusantara adalah merayakan keberagaman warna.
C: benar juga, Nusantara tidak bisa lepas dari warna-warni.
N: sama dengan anda, tidak bisa lepas dari warna-warni juga. Anda menjadi terlihat lebih atraktif, bukan?
C: sepertinya begitu.
Kolom Miring
N: ada tampilan anda yang sedikit mengganggu pikiran saya, mengapa beberapa kolom-kolom luar anda kok miring dan bersilangan, tidak tegak?
C: pertanyaan yang bagus. Itu sama dengan jika saya bertanya: mengapa bubungan atap Nusantara seperti di Minang atau Toraja juga melengkung, tidak lurus?
N: di Nusantara, setahu saya melengkungnya atap itu memberi sentuhan feminin, keibuan. Melengkung itu menghindari gerakan frontal yang kaku, sehingga kesannya mengalir, lembut, menyejukkan.
C: oh, I know. Kolom-kolom miring ini membuat saya terlihat sensasional, dengan demikian saya merasa lebih sexy. Dan menurut saya, sexy itu feminin juga.
N: kalau begitu, berarti anda perempuan?
C: terserah, jenis kelamin saya kontekstual kok, tergantung sudut pandang dan interpretasi yang anda pakai.
Proses Kreatif
N: apakah anda tahu, bagaimana proses kreatif perancangan anda?
C: sederhana saja, hanya berpikir kidal.
N: berpikir kidal? maksudnya?
C: sekali-sekali berpikir dengan dengkul kiri. Jika saya dirancang dengan dengkul kanan, hasilnya mungkin tidak seperti ini.
N: hahahaha….terimakasih atas waktu luangnya, bung Contertainer. Saya mau mohon diri, saya tidak punya banyak waktu nih.
C: terimakasih juga dan selamat jalan, bung Nusantara, good luck!
Surabaya, akhir Februari 2009
www.dpavilionarchitects.com

sumber : http://arsiteknusantarabuku.blogspot.com/

1.3.10

Keinginan untuk ber-eksperimen dalam arsitektur

Tak lepas dari perjalanan pemahaman tentang arsitektur, belajar dari sang maestro bangunan. Tentang arti pentingnya sebuah karya. Ke-idealisme menjadi takaran wajib dalam menuangkan ide yang ideal dalam karya yang telah dibuat. Karya seperti layaknya anak manusia, direncanakan, diharapkan kelahiranya, diberi nama, disayang, diberi pembelajaran, diasuh tumbuh, hingga menjadikan sejuta cerita dalam pengalaman. Karya tak lepas dari arsitek yang melahirkanya, selalu dibawa. Seperti yang biasa dibilang, rumah itu arsiteknya siapa?, rumah ini arsiteknya ini, rumah itu arsiteknya itu. Nama arsitek selalu melekat dalam tiap karyanya….( Iya kalau orang lain merasakan yang baik-baik dan dia kagum, kalau yang dirasakan sebaliknya… begitu menyakitkan hati)

Dari pemikiran itu, jadi ingin lebih mengkaryakan hasil karya arsitektur, biar ga malu terhadap karya yang telah di buat, mulai hati-hati dalam merencanakan, karena disini bukan satu dua tahun untuk ditinggali, masih ingat kata bijak adi purnomo: yang intinya “karya yang berhasil adalah karya yang tidak dirubah oleh penghuninya”.
Ber-eksperimen bukan karya coba-coba atau mal praktek melainkan mencoba dalam proses awal sampai mendekati akhir untuk menemukan karya yang membuat saya jadi “puas” dan pemilik pun juga “puas”. Perbedaan kepuasan antara saya dan pemilik menjadi tantangan saya dalam berkarya. Sampai saat ini ada sekitar 20an pemikiran eksperimen tak menutup kemungkinan menjadi banyak eksperimen seperti yang Edwin nafarin katakan tiap waktu inspirasi selalu datang, yang salah satunya adalah eksperimen rumah bayangan, dan masih ada eksperimen lainya. Media rumah menjadi media yang paling cocok untuk bereksperimen karena lingkupnya ga terlalu luas. Sambil menunggu waktu dan menunggu klien yang bisa mewujudkan keinginan ber-eksperimen saya.

Rumah Batik Kontemporer



Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Di antara pelbagai wastra tradisional di muka bumi yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Indonesia. Dalam perkembangannya sebagai karya budaya, karya adiluhung bangsa Indonesia ni tidak lepas dari pengaruh zaman dan lingkungan. pelbagai fakta pada perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa kedua unsur pengaruh ini memicu dan memacu kehadiran batik yang selaras-nada dengannya.

Nilai yang ada pada batik Indonesia tidak terbatas hanya pada keindahan penampilan suatu bentuk kecantikan yang penuh pesona berkat rumitnya pola dan serasinya warna. Lebih dari itu, batik Indonesia memiliki keindahan rokhani yang hadir melalui ragam hias penyusun dengan makna filosofi yang mendalam sebagai hasil paduan budaya Hindu-Jawa dan Cina di burni pertiwi (h,santosa dollah pemilik danar hadi)

Itulah yang menjadikan dasar pemikiran untuk menggali batik dalam bentuk rumah. Batik yang digunakan adalah batik kontemporer jadilah rumah batik kontemporer.



waiko house Pekalongan










Proyek rumah ini terletak di kota pekalongan, proses menjadi pembelajaran dalam menjadikan hasil akhir dalam proyek ini, diskusi dengan klien yang akhirnya seperti temen sendiri, ada 7 alternatif denah yang diajukan kepada klien dengan masing masing eksplorasi ruang yang berbeda…. Dan akhirnya klien menemukan kenyamanan dalam peruangan. Rumah ini direncanakan menjadi rumah tumbuh, dalam tahap pertama 1 lantai yang kemudian apabila dibutuhkan ruang baru sesuai dengan pertumbuhan sang anak, maka rumah ini tumbuh jadi dua lantai. Menghadapi isu saat ini, rumah ini diciptakan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka biru (RTB) walau dalam skala kecil. RTH dijadikan sebagai taman atap yang bisa digunakan untuk 2 anaknya yang masih kecil untuk bermain ,dan ruang untuk bersantai. Dan RTB dijadikan sebagai koi pool yang bisa memberikan kenyamanan sirkulasi udara dalam ruang serta menjadi view menarik yang orientasi tiap ruangnya kea rah RTB.

Yang menarik disini adalah, pekalongan sebagai kota santri yaitu budaya masyarakat pekalongan yang mayoritas kegiatanya adalah pengajian diterapkan dalam menentukan progam ruang dan sirkulasi. Saat digunakan untuk pengajian ruang pada ruang tamu, ruang keluarga serta ruang makan menjadi bersih, kosong dan dalam linier ruang yang nyaman untuk pengajian. Serta gemericik air pada koi pool menjadikan suasana lebih khusyuk, seakan alam menyatu ruang tersebut.

Eksperimen atap menjadi alternative dalam mewujudkan bentuk, bentuk bisa dinilai dari asumsi masing-masing yang melihatnya, termasuk yang disukainya. Relative dalam menentukan bentukan rumah. 4 desain bentukan dengan eksperimen atap memberikan pilihan yang berbeda, dan rasa yang berbeda pula.


ini lokasi gang rumahnya waiko, deket pondok pesantren at-taufiqy wonopringgo pimpinan kyai taufiq..... lingkungan santri rumahnya juga memfasilitasi kegiatan keislaman

dan hasil dari pilihan mas waiko sendiri




proses pembangunan rumah waiko

archiguna feat harry mulyanto (interior)